Senin, 10 Maret 2008

Menghantarkan Muslimah Menuju Kesejukan

"Barangsiapa mengenal dirinya, sungguh dia akan mengenal Tuhannnya." (Ali bin Abi Thalib ra)
Hidup di dunia bukanlah terminal akhir. Sesudah kehidupan dunia akan ada kehidupan sesudahnya. Kehidupan yang akan membawa segala amal kita menjadi saksi yang akan berbicara terhadap apa yang kita lakukan. Baik itu amalan yang diniatkan karena Allah SWT maupun yang diniatkan selain-Nya.

Pun dalam bermuamalah. Kita menyadari betul adanya godaan dan rintangan. Contoh godaan yang dialami muslimah pada masa orde baru. Berusaha untuk menampilkan jati diri muslimahnya dengan mengenakan jilbab. Walaupun yang terjadi pencekalan, penindasan. Terlebih dengan adanya peraturan pemerintah yang secara tegas menjegal semua itu. Masa berganti. Dikala tidak dipermasalahkan penerapan syariat Islam, masih banyak yang belum terketuk untuk melakukannya. Lihat kondisi sekarang. Masih banyak muslimah yang kurang 'pede' dengan jati diri muslimahnya. Entah itu karena ketakutan dicap kurang gaul, nora, ketinggalan zaman atau takut dibilang 'kolot'.

Feminisme atau gender adalah salah satunya alasannya. Paham ini lebih menitikberatkan pada pentingnya peran wanita di luar rumah. Juga adanya anggapan kesamaan kedudukan antara pria dan wanita. Isme ini seolah-olah meminggirkan nilai-nilai Islam yang begitu mulia dan suci. Benarkah Islam tidak membolehkan wanita bekerja diluar? Benarkah dalam Islam wanita diinjak-injak sehingga tidak memiliki peran yang begitu penting? Dan benarkah kewajiban muslimah dalam berjilbab sekadar pengadopsian dari budaya barat?

Semua pertanyaan itulah yang selalu menjadi jargon bagi para aktivis feminisme dan genderisme dalam memasukkan isme-ismenya. Sarana yang mereka pakai untuk mempengaruhi sangat banyak dan lihai. Mulai dari film-film yang seronok, gaya hidup yang 'berkiblat' ke barat, dialog interaktif yang tidak mendidik, adegan asusila yang jauh dari nilai-nilai religi.

Untuk meminimalisir muslimah dalam lembah ketidakpahaman tentang jati diri sesungguhnya, maka ada beberapa hal yang diharapkan dapat menghantarkan muslimah menuju kebaikan dalam kesejukan kampung akhirat, di antaranya :

Pertama, selalu berusaha untuk mencapai sifat taqwa. Menurut Abdulah Nashih Ulwan dalam karyanya yang berjudul "Tarbiyah Ruhiyah" memberikan arahan bahwa dalam mencapai sifat taqwa seseorang, ada lima. Di antaranya : Mu'ahadah atau mengingat perjanjian dengan Allah. Caranya seorang muslimah hendaknya sering berkhalwat untuk mutaba'ah diri akan perjanjian dengan sang Khalik. Kedua, Muraqabah atau merasakan kesertaan Allah. Ketiga, Muhasabah atau introspeksi diri. Satu hal yang kadang dilupakan oleh kita, setelah beramal adalah melupakan untuk bermuhasabah. Maksudnya, dengan adanya proses ini diharapkan membersihkan penyakit dalam beramal. Seperti niat selain Allah, riya, dan tidak ikhlas dalam beramal. Semoga Allah meridhai Umar Al-Faruq ra yang memberikan pengarahan pada kita : "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang,dan bersiap-siaplah untuk pertunjukkan yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan pada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang satu pun." Keempat, Mu'aqabah yakni memiliki niat untuk selalu memperbaiki diri jika mendapati dirinya bersalah. Kelima, Mujahadah atau optimalisasi. Hendaklah muslimah menghalangi segala rintangan kehidupan dengan mujahadah. Serta meyakininya sebagai bagian jihad.

Kedua, memahami karakter muslimah kaffah. Menurut Abu Izzuddin dalam bukunya "Pesona Wanita Pilihan" sebagaimana yang diilustrasikan Allah SWT dalam QS. An-Nahl ayat 67 - 69, kita perlu meneladani lebah. Pribadi lebah memiliki berbagai keteladanan di antaranya mandiri dan percaya diri, selalu menjaga kesucian, produktif, konstruktif, memiliki kemuliaan dan keberanian membela diri, dan simpatik. Selain itu, Allah menggambarkan pribadi muslimah seperti pohon thayibah. Pohon yang akarnya menghujam kuat, batangnya menjulang tinggi serta senantiasa memberikan buah setiap musim dengan seizin Rabbnya (QS. Ibrahim [14] : 24 - 25). Hal ini menggambarkan kokoh aqidah yang tertancap dalam jiwa, ibadah dengan ikhlas dan menampilkan akhlaqul karimah setiap saat.

Ketiga, berusaha mencontoh kehidupan Salafushalih. Jalan ini dapat ditempuh dengan banyak membaca sejarah kehidupan pejuang muslimah dahulu maupun sekarang. Dengan harapan dapat memberi motivasi dan menjadi acuan dalam melakukan aktivitas muslimah saat ini. Salah satu sosok muslimah yang bisa memotivasi kita yaitu Sumayyah binti Khayyath. Dia diabadikan sebagai bagian sejarah orang-orang tercinta yang dikasihi Allah SWT. Karena kesungguhannya untuk membangun bersama keluarga. Untuk mencapai keridhaan surga-Nya, beliau bersama keluarga mesti rela untuk disiksa, dijemur terik panas matahari, diikat dengan rantai. Mereka betul-betul dibelenggu dengan besi besar tanpa mendapat makanan dan minuman. Semuanya ikhlas dilakukan karena semangat berkorban dalam lautan kecintaannya kepada ajaran yang dibawa Muhammad SAW, dapat mengalahkan segala tantangan yang menghadang.

Dengan demikian, mudah-mudahan tulisan ini dapat menghantarkan kita menuju kesejukan kampung akhirat. Karena pada hakikatnya walau ditulis sampai berjilid-jilid jika pribadi setiap muslimah tidak bersungguh-sungguh untuk memperbaiki menuju kampung akhirat, tetap akan kembali pada kondisi semula. Oleh karena itu, hendaklah kita selalu berusaha untuk bermujahadah menuju kesejukan kampung akhirat. (Rodiannauli Pane, S.Sos)[Swadaya-36]
ia bukanlah terminal akhir. Sesudah kehidupan dunia akan ada kehidupan sesudahnya. Kehidupan yang akan membawa segala amal kita menjadi saksi yang akan berbicara terhadap apa yang kita lakukan. Baik itu amalan yang diniatkan karena Allah SWT maupun yang diniatkan selain-Nya.

Pun dalam bermuamalah. Kita menyadari betul adanya godaan dan rintangan. Contoh godaan yang dialami muslimah pada masa orde baru. Berusaha untuk menampilkan jati diri muslimahnya dengan mengenakan jilbab. Walaupun yang terjadi pencekalan, penindasan. Terlebih dengan adanya peraturan pemerintah yang secara tegas menjegal semua itu. Masa berganti. Dikala tidak dipermasalahkan penerapan syariat Islam, masih banyak yang belum terketuk untuk melakukannya. Lihat kondisi sekarang. Masih banyak muslimah yang kurang 'pede' dengan jati diri muslimahnya. Entah itu karena ketakutan dicap kurang gaul, nora, ketinggalan zaman atau takut dibilang 'kolot'.

Feminisme atau gender adalah salah satunya alasannya. Paham ini lebih menitikberatkan pada pentingnya peran wanita di luar rumah. Juga adanya anggapan kesamaan kedudukan antara pria dan wanita. Isme ini seolah-olah meminggirkan nilai-nilai Islam yang begitu mulia dan suci. Benarkah Islam tidak membolehkan wanita bekerja diluar? Benarkah dalam Islam wanita diinjak-injak sehingga tidak memiliki peran yang begitu penting? Dan benarkah kewajiban muslimah dalam berjilbab sekadar pengadopsian dari budaya barat?

Semua pertanyaan itulah yang selalu menjadi jargon bagi para aktivis feminisme dan genderisme dalam memasukkan isme-ismenya. Sarana yang mereka pakai untuk mempengaruhi sangat banyak dan lihai. Mulai dari film-film yang seronok, gaya hidup yang 'berkiblat' ke barat, dialog interaktif yang tidak mendidik, adegan asusila yang jauh dari nilai-nilai religi.

Untuk meminimalisir muslimah dalam lembah ketidakpahaman tentang jati diri sesungguhnya, maka ada beberapa hal yang diharapkan dapat menghantarkan muslimah menuju kebaikan dalam kesejukan kampung akhirat, di antaranya :

Pertama, selalu berusaha untuk mencapai sifat taqwa. Menurut Abdulah Nashih Ulwan dalam karyanya yang berjudul "Tarbiyah Ruhiyah" memberikan arahan bahwa dalam mencapai sifat taqwa seseorang, ada lima. Di antaranya : Mu'ahadah atau mengingat perjanjian dengan Allah. Caranya seorang muslimah hendaknya sering berkhalwat untuk mutaba'ah diri akan perjanjian dengan sang Khalik. Kedua, Muraqabah atau merasakan kesertaan Allah. Ketiga, Muhasabah atau introspeksi diri. Satu hal yang kadang dilupakan oleh kita, setelah beramal adalah melupakan untuk bermuhasabah. Maksudnya, dengan adanya proses ini diharapkan membersihkan penyakit dalam beramal. Seperti niat selain Allah, riya, dan tidak ikhlas dalam beramal. Semoga Allah meridhai Umar Al-Faruq ra yang memberikan pengarahan pada kita : "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang,dan bersiap-siaplah untuk pertunjukkan yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan pada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang satu pun." Keempat, Mu'aqabah yakni memiliki niat untuk selalu memperbaiki diri jika mendapati dirinya bersalah. Kelima, Mujahadah atau optimalisasi. Hendaklah muslimah menghalangi segala rintangan kehidupan dengan mujahadah. Serta meyakininya sebagai bagian jihad.

Kedua, memahami karakter muslimah kaffah. Menurut Abu Izzuddin dalam bukunya "Pesona Wanita Pilihan" sebagaimana yang diilustrasikan Allah SWT dalam QS. An-Nahl ayat 67 - 69, kita perlu meneladani lebah. Pribadi lebah memiliki berbagai keteladanan di antaranya mandiri dan percaya diri, selalu menjaga kesucian, produktif, konstruktif, memiliki kemuliaan dan keberanian membela diri, dan simpatik. Selain itu, Allah menggambarkan pribadi muslimah seperti pohon thayibah. Pohon yang akarnya menghujam kuat, batangnya menjulang tinggi serta senantiasa memberikan buah setiap musim dengan seizin Rabbnya (QS. Ibrahim [14] : 24 - 25). Hal ini menggambarkan kokoh aqidah yang tertancap dalam jiwa, ibadah dengan ikhlas dan menampilkan akhlaqul karimah setiap saat.

Ketiga, berusaha mencontoh kehidupan Salafushalih. Jalan ini dapat ditempuh dengan banyak membaca sejarah kehidupan pejuang muslimah dahulu maupun sekarang. Dengan harapan dapat memberi motivasi dan menjadi acuan dalam melakukan aktivitas muslimah saat ini. Salah satu sosok muslimah yang bisa memotivasi kita yaitu Sumayyah binti Khayyath. Dia diabadikan sebagai bagian sejarah orang-orang tercinta yang dikasihi Allah SWT. Karena kesungguhannya untuk membangun bersama keluarga. Untuk mencapai keridhaan surga-Nya, beliau bersama keluarga mesti rela untuk disiksa, dijemur terik panas matahari, diikat dengan rantai. Mereka betul-betul dibelenggu dengan besi besar tanpa mendapat makanan dan minuman. Semuanya ikhlas dilakukan karena semangat berkorban dalam lautan kecintaannya kepada ajaran yang dibawa Muhammad SAW, dapat mengalahkan segala tantangan yang menghadang.

Dengan demikian, mudah-mudahan tulisan ini dapat menghantarkan kita menuju kesejukan kampung akhirat. Karena pada hakikatnya walau ditulis sampai berjilid-jilid jika pribadi setiap muslimah tidak bersungguh-sungguh untuk memperbaiki menuju kampung akhirat, tetap akan kembali pada kondisi semula. Oleh karena itu, hendaklah kita selalu berusaha untuk bermujahadah menuju kesejukan kampung akhirat. (Rodiannauli Pane, S.Sos)[Swadaya-36]

Tidak ada komentar: